Selasa, 25 Maret 2014

E-LIBRARY


Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Penerapan Aplikasi Sistem Informasi E-library Pada Suatu Perpustakaan




Nama Kelompok
Christian Tang (1501170822)
Rahman (1501167746)
Martin Sinaga (1501172191)
Hans Sihuandy (1501158464)
Susan Prasetio (1501143632)



ABSTRAK

Perpustakaan pada umumnya banyak yang memakai aplikasi tertentu berbasis sistem informasi untuk mempermudah tata cara dalam peminjaman ,pengembalian maupun pencarian buku . Namun belum semua perpustakaan di Indonesia memakai dan menggunakan teknologi tersebut. Misalnya teknologi informasi yang dipakai pada library: pembuatan website pencarian buku, pembuatan RFID pada buku untuk mempermudah peminjaman maupun saat pengembalian buku.
Namun, sayangnya tidak semua mencanangkan penerapan e-library pada perpustakaan pada umumnya
Topik ini berfokus pada tata cara penerapan aplikasi yang digunakan pada e-library Binus University.
Kata Kunci : Teknologi Informasi,Penerapan Aplikasi,penerapan e-library


                                                                       


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi telah semakin pesat dari abad 20. Pesatnya perkembangan ini membuat hal apapun dapat dibuat secara virtual, seperti contoh, perpustakaan fisik yang dibuat secara virtual yang biasa disebut e-library.
Pepatah mengatakan bahwa "buku adalah jendela dunia". Seseorang yang dapat menumbuhkan sikap kreativitas juga tidak luput dari referensi buku. Berbagai karya yang dibuat oleh siapapun juga tidak akan lepas dari referensi buku. Jadi, buku merupakan sesuatu yang wajib dibaca oleh siapapun.
Sayangnya, daya membaca buku orang-orang di Indonesia masih kurang. Menurut data rilisan UNESCO pada tahun 2012, hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang benar-benar mempunyai minat mambaca. Lebih parahnya lagi, menurut data UNDP, tingkat melek huruf orang Indonesia hanya 65,5 persen. Jelas dengan data seperti itu, tentunya minat orang Indonesia untuk pergi ke perpustakaan sangatlah kurang.
Jika keterbasan jarak yang menjadi masalah, e-library bisa menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan daya tarik minat membaca. Indonesia, di mana banyak daerah pedesaan yang kurang dari akses informasi, bisa dijadikan tempat contoh untuk penerapan e-library.
Menurut Witten, Ian H., Bainbridge, David Nichols (2010), e-library adalah kumpulan objek-objek digital berisikan teks, gambar, suara, video yang disimpan sebagai media elektronik, dengan maksud untuk dikelola, disimpan dan diambil sebagai berkas atau media yang terdapat pada koleksi perpustakaan.
Dengan kehadiran e-library, siapapun dapat mengakses buku-buku atau konten elektronik di mana saja dan kapan saja. Kepraktisan pun akan jauh meningkat dengan e-library. Dan dengan adanya e-library, tidak perlu lagi dipusingkan dengan kerapuhan buku setelah disimpan selama bertahun-tahun.

1.2 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang akan dibahas pada topik ini yaitu :
1.      Sejarah e-library
2.      Penerapan teknologi informasi yang digunakan
3.      Penulisan Journal yang baik dan benar
4.      Contoh Perpustakaan yang menggunakan e-library

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.      Mengetahui teknologi informasi yang digunakan e-library
2.      Mengetahui cara penulisan journal yang benar
3.      Memberikan contoh penerapan perpustakaan yang menggunakan e-library
4.      Mengetahui tata cara maupun contoh penulisan journal.
1.3.2 Manfaat
1.      Mendukung penuh mobilitas pada pembaca yang tidak mempunyai waktu untuk ke perpustakaan
2.      Memberikan kesempatan penuh kepada pembaca untuk selalu membaca
3.      Meningkatkan pengetahuan umum pada pembaca
4.      Memberikan layanan yang baik bagi pengguna

1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan topik ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, referensi tata cara penulisan journal.Serta melakukan pencarian pada browser

1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat pada topik yang dibahas, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan mengenai E-Library.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori umum mengenai Pemakaian Teknologi Informasi E-Library yang digunakan pada perpustakaan, dimana teori tersebut dapat membantu untuk memberikan penjelasan yang bermanfaat
BAB 3 : PEMBAHASAN E-LIBRARY DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PERPUSTAKAAN                                                                                                                                          
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggunaan e-library secara umum dan penerapannya, serta kegunaan e-library dalam perpustakaan
Bab 4 : KESIMPULAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dari penjelasan berdsarkan penjelasan yang sebagaimana telah dicantumkan.



BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Perpustakaan
Di zaman era modern saat ini, masyarakat sudah mengetahui bawasanya perpustakaan adalah sebagai satu satunya sumber informasi yang cepat didapat dari berbagai sumber yang akurat untuk menambah wawasan .Tanpa terkecuali khususnya bagi Mahasiswa/i di segala universitas saat ini . Pastinya pemerintah juga mendukung penuh untuk membuat perpustakaan menjadi berkembang dengan seiring memakai teknologi informasi serta penerapan e-library untuk menarik minat pustakawan.

2.2 Teknologi Informasi
Teknologi Informasi mempunyai peran penting dalam memajukan sebuah perpustakaan untuk menjadi lebih bagus dan besar. IT tidak akan pernah lepas dari apapun karena fungsinya yang membuat dan mempermudah dalam membuat perpustakaan menarik minat masyarakat maupun mahasiswa/i.
Penerapan E-library pun menjadi solusi yang tepat bagi perpustakaan untuk mempermudah minat pustakawan .

2.3 Pemakaian Teknologi Informasi E-Library pada perpustakaan
Perpustakaan digital (Inggris: digital library atau electronic library atau virtual library) adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan koleksi digital adalah: “This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a computer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many computer screens and the relatively short ‘life’ of the Internet.”
Sedangkan menurut Donald J. Waters mendefinisikan perpustakaan digital adalah: “Digital libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.” Singkatnya perpustakaan yang memakai teknologi informasi (e-library), sebut saja salah satu perpustakaan terbesar di Pekanbaru,Riau. Berdiri tahun 2007,berbentuk buku. Pepustakaan ini pertama kali berdiri sudah memakain teknologi infomasi untuk mempermudah bagi pengguna dan menarik perhatian minat pembaca.

                                                      


BAB 3
PEMBAHASAN E-LIBRARY DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PERPUSTAKAAN

Penggunaan E-library secara umum sudah mencakup luas hingga dikenal, namun penerapan maupun pemasanagan e-library membutuhkan waktu dan dana.
Pembuatan elektronik library dengan membeli nama domain hingga memasarkan produk-produk buku dalam perpusatakaan tsb. Untuk menuju perpustakaan elektronik (e-library) atau digital library, maka produk-produk perpustakaan harus dilayanI secara elektronik.
Kegunaan e-library dalam perpustakaan:
1.Menghemat tenaga dan waktu dalam mencari buku
2.Cenderung lebih up-to date dari waktu ke waktu
3.Menambah minat pembaca bagi pustakawan
Ketersediaan teknologi
I. Teknologi saat ini
Teknologi yang membedakan antara 2 penelitian E-Library pada bab 2 dengan E-Library yang akan kami kembangkan ialah terletak pada database yang digunakan. Pada penelitian E-Library di daerah Sukabumi sistem databasenya hanya terpusat pada sebuah CPU saja dimana didalamnya sudah termasuk server, jadi teknologi yang mereka gunakan hanya sebatas jaringan lokal.
Sementara penelitian yang Perpustakaan Online yang diadakan pada Perpustakaan Nasional Aroem Andajani mengolah informasi dengan ruang lingkup yang kecil yang hanya menyangkut kegiatan-kegiatan didaerah Aroem Andajani tersebut.
Berbeda dengan teknologi yang akan kami gunakan dimana pemanfaatan segala sumberdaya akan digunakan tidak hanya sebatas pada jaringan lokal ataupun intranet, karena fungsi utama dari E-Library ini ialah merupakan wadah / sumber informasi umum, yang mengolah informasi yang besar didalam database.
II. Ketersediaan Perangkat
Perangkat-perangkat yang akan mendukung teknologi dari E-Library yang kami kembangkan sudah cukup memadai, mengingat perkembangan Teknologi / IT cukup pesat. Kami memanfaatkan perangkat seperti koneksi internet berupa modem, server yang terhubung ke system library, dan E-Technology dari alur kegiatan sistem kami.
III. Ketersediaan info Pendukung
Adapun ketersediaan info pendukung sudah cukup banyak antara lain pengetahuan mengenai cara megolah data di database yang berskala besar dimana untuk proses update informasi dapat dilakukan dengan mudah, serta penanganan / antisipasi terhadap ganguan jaringan ataupun kerusakan / masalah pada server.
Oleh sebab itu kami berupaya mencari dan mengumpulkan literatur yang bersangkutan sebagai info pendukung penunjang kegiatan penyusunan maupun pengembangan teknologi dari E-Library saat ini.Dalam hal ini perpustakaan digital dapat diukur berdasarkan 10 butir penilaian kualitas jasa, yaitu :


1. Kinerja umum (performance)
Memenuhi persyaratan dasar dalam penggunaan teknologi digital
2. Keselarasan (conformance)
Memakai standar lokal, nasional, maupun internasional dalam hal pengiriman dan pertukaran informasi
3. Kekhususan (features)
Memberikan kemudahan yang tidak ada di perpustakaan biasa dalam bentuk fitur atau jasa khusus
4. Kehandalan (reliability)
Menjamin keajegan dalam penyediaan informasi
5. Kesinambungan (durability)
Bukan merupakan ”proyek sesaat”
6. Keterbaruan (currency)
Informasi selalu diperbarui
7. Kemudahan jasa (servive ability)
Mudah digunakan, termasuk bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan.
8. Keindahan penampilan (aesthetics and image)
Memenuhi selera pengguna demi kenyamanan penggunaan


9. Kesepakatan kualitas (perceived quality)
Merupakan kesepakatan antar pemakai, bukan pandangan individual
10. Kebergunaan (usability)
Merupakan ukuran paling penting di semua jenis jasa. Nilai ditentukan oleh pengguna sesuai persepsi subyektif berdasarkan pengalaman mereka dalam hal.:
a. Efektivitas sistem
Seberapa jauh perpustakaan digital mampu secara tepat memberikan solusi informasi bagi pengguna. Termasuk di sini adalah relevansi informasi itu bagi pengguna.
b. Efisiensi sistem
Yaitu kemampuan sistem menghemat waktu dan upaya pengguna dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber, tidak hanya dari lingkungan lokal.
c. Kepuasan
Yaitu ukuran subyektif tentang kemudahan pemakaian, tampilan, struktur informasi, kandungan, keluasan jaringan (seberapa banyak sumber yang bisa dihubungi)
d. Kemudahan integrasi
Seberapa jauh perpustakaan digital dan jasanya dapat dengan mudah dijadikan bagian dari kegiatan utama pengguna di universitas (belajar, mengajar, penelitian)

BAB 4
KESIMPULAN

“Jadi dalam zaman modern ini seiring berkembangnya teknologi informasi dari waktu ke waktu,penerapan e-library ataupun pengimplementasian teknologi informasi memang sudah harus wajib diterapkan.Hal ini bertujuan untuk membuat Mahasiswa/i serta masyarakat untuk lebih suka membaca,dan menambah wawasan dengan mudah menggunakan e-library”
                                                  


REFERENSI

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/02/mvmvq4-perpusnas-minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16106/1/pus-des2008-%20%283%29.pdf
http://ayu-uivary.blogspot.com/
Levine, Emil and Gavranovic, Drahomira. (2010). LIDA 2010: digital libraries and digital natives,Information Today, 23,24.
Priyanto, Ida F. (2011). International best practices of library spaces: an exciting showcase of innovative.http://we.ffos.hr/lida/datoteke/lida_2010_proceedings.pdf Pindah berkas, 1 Mei 2011

Selasa, 11 Maret 2014

Disaster Management Pada Perusahaan Telkomsel



Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Disaster Management Pada Perusahaan Telkomsel

Nama Kelompok
Christian Tang (1501170822)
Rahman (1501167746)
Martin Sinaga (1501172191)
Hans Sihuandy (1501158464)
Susan Prasetio (1501143632)

Abstrak

Pada zaman modern saat ini, seluruh warga dunia tidak akan luput dari bencana, baik bencana alam maupun bencana yang merupakan akibat dari perilaku diri kita sendiri. Bencana sendiri akan terus menghantui kita semua seumur hidup, namun kita sebagai manusia hanya bisa menyiasati bencana tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan yang parah. Di sinilah dimana Pengelolaan Bencana (Disaster Management) berperan sangat penting. Mengambil dari kalimat pepatah, "Sedia payung sebelum hujan", kita harus mempersiapkan segalanya sebelum bencana terjadi, misalnya menyelamatkan semua peralatan rumah tangga sebelum banjir terjadi.
Paper ini berfokus pada definisi bencana, pengelolaan bencana, serta contoh perusahaan yang berpengalaman dalam mengelola bencana. 

Kata Kunci : Disaster, Disaster Management, Management

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Semua orang hidup tidak akan lepas dari berbagai masalah, salah satunya adalah bencana (disaster). Bencana adalah sesuatu yang bersifat merusak dan merugikan. Banyak sekali kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, seperti hilangnya tempat tinggal, mata pencaharian, pelayanan publik, perekonomian, bahkan nyawa. Dalan nilai mata uang, biasanya bencana dapat mengakibatkan kerugian mulai ratusan juga hingga miliaran rupiah.
Bencana sendiri tidak bisa dikendalikan, namun kita bisa meminimalisir dampaknya. Ada banyak langkah preventif untuk menghadapi bencana sebelum bencana tersebut dapat mengalami kerugian yang lebih besar. Tata kota yang minimalis dan rapi juga turut membantu meminimalisir dampak bencana. Selain tata kota, pencegahan aktif terhadap bencana juga akan sangat membantu, seperti bangunan tahan gempa dan dataran bangunan yang tinggi.
Untuk kali ini, kami akan membahas bagaimana pengelolaan bencana (disaster management) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bernafaskan teknologi informasi (Information Technology/IT). Namun pengelolaan bencana yang biasa dilakukan oleh perusahaan IT adalah bagaimana cara mengembalikan kondisi layanan seperti sedia kala begitu bencana terjadi di satu lokasi, dan bagaimana menjaga data kepunyaan stakeholders di tengah bencana agar tetap bisa diakses di manapun dan kapanpun.
Sebelum dibahas lebih lanjut. Mari kita telaah apa arti dari bencana dan pengelolaan bencana.
Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Masih dalam undang-undang yang sama, pengelolaan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
Ada banyak sekali tujuan dari Disaster Management di antaranya adalah:
o Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
o Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang telah ada
o Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh
o Menghargai budaya lokal
o Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
o Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan
o Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara
Disaster Management sendiri juga dibagi menjadi beberapa model, yaitu:
* Disaster management continuum model
Model tradisional, manajemen bencana terjadi secara bertahap. Fokusnya lebih pada kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan segera/cepat
* Pre-during-post disaster model
Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana tejadi, dan setelah bencana. Sering digabung dengan continuum model.
* Contract-expand model
Proses berkesinambungan, serangkaian kegiatan berjalan berdampingan, bisa ditingkatkan lagi atau tergantung pada permintaan dan kondisi.
* The crunch and release model
* Manajemen yang menekankan upaya mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana
* Bencana hanya bersifat trigger, kerentanan dipandang berasal dari proses sosio-ekonomi dan politik yang harus ditangani untuk pengurangan resiko bencana

1.2 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang akan dibahas pada Paper ini yaitu terdiri dari :
1. Sejarah Disaster Management
2. Sejarah Disaster Management pada peusahaan IT
3. Contoh Perusahaan yang menggunakan Disaster Management
4. Menjelaskan cara dan bagaimana proses Disaster Management
1.3 Tujuan dan Manfaat
   1.3.1 Tujuan
1. Memperkenalkan metode Disaster Management
2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Disaster Management
3. Memberikan contoh mengenai perusahaan yang menggunakan Disaster 
       Management
4. Menjelaskan bagaimana perusahaan melakukan tindakan Disaster Management 
   saat bencana terjadi

  1.3.2 Manfaat
1. menstabilkan pelayanan kepada masyarakat meskipun sedang terjadi bencana
2. membantu masyarakat dalam menerima dan mengirim informasi di tengah-tengah 
   bencana

1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan paper ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, dengan melakukan pencarian pada situs-situs pengetahuan pada mesin pencarian (browser)

1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat pda paper, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan mengenai Disaster Management.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori umum mengenai Disaster Management berdasarkan pengertian para ahli yang membahas teori  Disaster Management, dimana teori tersebut dapat membantu untuk memberikan penjelasan yang bermanfaat

BAB 3 : Pembahasan Disaster Management
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah Disaster Management secara umum dan pada perusahaan IT, lembaga-lembaga yang berfokus pada Disaster Management, tentang pengelolaan bencana yang dilakukan perusahaan, Bagaimana perusahaan tersebut melakukan aksi pengelolaan bencana di saat bencana terjadi
Bab 4 : KESIMPULAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dari penjelasan berdsarkan penjelasan yang telah dicantumkan

BAB 2
Landasan Teori
Pengelolaan bencana telah dipikirkan sejak dulu dan sudah banyak perusahaan yang telah menerapkan pengelolaan bencana demi menjaga kelangsungan perusahaannya. Berikut teori-teori tentang pengelolaan bencana:

* Thomas Drabek Bagaimana mengkoordinasikan orang-orang dan peralatan yang diperlukan dalam menanggulangi dampak bencana alam, bencana buatan, maupun aksi terorisme

Berdasarkan beberapa teori dari para ahli yang disebutkan diatas, Pengelolaan bencana (disaster management) adalah bagaimana kita semua mempersiapkan orang-orang dan peralatan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

BAB 3
Pembahasan Disaster Management

Sebenarnya sudah sejak zaman purba orang-orang telah mencari cara untuk tetap bertahan dari berbagai bencana, termasuk orang Jepang yang mencari cara untuk terus bertahan di antara hantaman gempa dan tsunami yang sejak lama menjadi langganan warga Jepang.
Sejarah Disaster Manegement
Ide untuk mengelola bencana telah dicanangkan sesaat setelah gempa besar dan tsunami merusak banyak bangunan di San Francisco, Amerika Serikat pad tahun 1906. Namun baru pada tahun 1978, pemerintah Amerika Serikat mendirikan badan baru yang bernama Federal Emergency Menegement Agency (FEMA). Badan ini sebenarnya mengkoordinasikan badan lainnya, seperti National Response Coordination Center (NRCC), National Disaster Medical System (NDMS), Urban Search and Rescue (US&R), dan lain-lain sesuai keperluannya.
Selain bertugas mengkoordinir, FEMA juga menyelenggarakan banyak pelatihan-pelatihan untuk warga AS sendiri, seperti cara berlindung dari hantaman badai, bahkan pelatihan menjadi relawan bencana.
Disaster Management pada perusahaan berbasis IT
Untuk perusahaan yang berbasis IT, pengelolaan bencana mulai dikembangkan pada pertengahan dan akhir 1970-an. Hingga pada akhirnya didirikan perusahaan IT pertama yang menerapkan prinsip disaster management, Sungard Availability Systems pada tahun 1978 di Philadelphia.
Beberapa tahun kemudian, banyak perusahaan IT lainnya juga menerapkan disaster management, termasuk Telkomsel yang didirikan pada tahun 1995.

Disaster Management pada perusahaan Telkomsel
Telkomsel didirikan pada tahun 1995 sebagai wujud semangat inovasi untuk mengembangkan telekomunikasi Indonesia yang terdepan. Untuk  mencapai visi tersebut, Telkomsel terus memacu pertumbuhan jaringan telekomunikasi di seluruh penjuru Indonesia secara pesat sekaligus memberdayakan masyarakat. Telkomsel menjadi pelopor untuk berbagai teknologi telekomunikasi selular di Indonesia, termasuk yang pertama meluncurkan layanan roaming internasional dan layanan 3G di Indonesia. Telkomsel merupakan operator yang pertama kali melakukan ujicoba teknologi jaringan pita lebar LTE. Di kawasan Asia, Telkomsel menjadi pelopor penggunaan energi terbarukan untuk menara-menara Base Transceiver Station (BTS). Keunggulan produk dan layanannya menjadikan Telkomsel sebagai pilihan utama pelanggan di seluruh Indonesia.
Memasuki era ICT (Information and Communication Technology), Telkomsel terus mengoptimalkan pengembangan layanan di Indonesia dengan memanfaatkan potensi sinergi perusahaan induk yaitu PT Telkom (65%) dan SingTel Mobile (35%). Telkomsel terus mengembangkan layanan telekomunikasi selular untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya hidup selular, a truly mobile lifestyle.
Telkomsel memiliki komitmen untuk menghadirkan layanan mobile lifestyle unggulan sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan pelanggan. Telkomsel menghadirkan teknologi agar bangsa Indonesia dapat menikmati kehidupan yang lebih baik di masa mendatang dengan tetap mendukung pelestarian negeri. 
Untuk itulah, Telkomsel secara aktif mendorong pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi untuk menara BTS serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi remaja dan masyarakat yang kurang mampu. Melalui peningkatan kualitas masyarakat dan pelestarian lingkungan, Telkomsel berpartisipasi aktif untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
Untuk sistem manajemen bencana, Telkomsel memilih untuk menempatkan berbagai data centernya di beberapa daerah yang termasuk aman dari gempa, seperti di Balikpapan dan Cikarang Bekasi. Dengan kerjasama oleh PT IBM Indonesia, Telkomsel menerapkan metode mirroring data. Mirroring adalah proses menggandakan data secara simultan ke berbagai server yang terhubung dengannya. Dengan mirroring data, risiko kehilangan data

pelanggan akan bisa dikurangi karena beberapa data yang sama tersedia di berbagai server di seluruh Indonesia.
Sebagai tindakan perventif yang aktif dalam menyajikan layanannya, Telkomsel di semua BTS nya juga dilengkapi dengan suplai listrik cadangan berupa UPS dan genset, berguna jika suatu saat suplai listrik dari PLN tiba-tiba terputus. Hal ini dibuktikan dengan bencana banjir baru-baru ini. Pada bencana banjir kali ini, PLN melakukan pemadaman listrik demi mencegah terjadinya korsleting listrik akibat beberapa gardunya terendam air. Untuk langkah preventifnya, Telkomsel segera mengaktifkan UPS dan genset untuk menjaga layanannya tetap prima di tengah-tangah bencana, seperti yang terjadi di Yogyakarta.
Semua ini dapat terealisasi dengan baik dengan adanya bantuan dari salah satu divisi Telkomsel, yaitu TERRA (Telkomsel Emergency Response Recovery Activity). Divisi ini turut aktif pada detik-detik bencana terjadi.

BAB 4
Kesimpulan
Dari sekian banyak tindakan-tindakan preventif yang dilakukan Telkomsel, tampaknya Telkomsel terus berkomitmen untuk menjadi operator seluler nomor satu di Indonesia. Berbagai bencana menghadang, Telkomsel tetap memberikan layanan yang prima untuk masyarakat Indonesia.

Senin, 03 Maret 2014

Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi Green Computing Pada Perusahaan Google


Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Green Computing Pada Perusahaan Google




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy5CWnjKDDxtYYXyC2jjKjYU1xv-toZqDi5hrIpyKfWvghoye-5nbfI7geKFJLI8wVavBY3Z3tb0CnngPVq9DaXD3sf_TJ8aZSzVPevYyXJuA0a1BaG3fLPs6IhamTMyPY9kjdFbQO1D57/s1600/392376_20121206044233.gif





NamaKelompok
Christian Tang                     (1501170822)
Rahman                                (1501167746)
Martin Sinaga                      (1501172191)
Hans Sihuandy                    (1501158464)
Susan Prasetio                    (1501143632)
Abstrak

                  Pada zaman modern saat ini, Teknologi semakin maju dan berkembang, dimana teknologi tersebut membantu memudahkan pekerjaaan yang dikerjakan pada kehidupan sehari-hari, sehingga para user terus melakukan inovasi pada bidang teknologi. Salah satu perkembangan teknologi yang diterapkan yaitu pada bidang Teknologi informatika, perkembangan teknologi informatika diliat dari berbagai sudut pandang, salah satunya pada lingkungan sehari-hari. Oleh karena itu maka dibuatkan suatu cara yang disebut Green Computing.Green Computing merupakan suatu cara dimana para user menggunakan suatu perangkat komputerisasi dengan memanfaatkan sumber daya energi sebaik mungkin sehingga menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.
                       Paper ini berfokus pada sejarah perkembangan Green Computing , konsep Green Computing, solusi Green Computing, serta contoh perusahaan yang menerapkan Green Computing.
Kata Kunci :Green Computing, Data Center, Prinsip Green Computing







Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
           Teknologi semakin maju dan berkembang bersamaan dengan perkembangan zaman, teknologi telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari dimana teknologi berperan besar dalam berbagai kegiatan yang dikerjakan sehari-hari, oleh karena itu teknologi saat ini berkembang menjadi lebih canggih dan berdasarkan perkembangan teknologi, penggunaan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari teknologi tersebut juga sangat besar.
           Salah satu perangkat teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari yaitu komputer, komputer merupakan salah satu perangkat teknologi yang penggunaan energy nya sangat besar sehingga dapat membuat pihak pengguna merasa terbebani dalam faktor penggunaan biaya.
           Oleh karena itu pada zaman modern ini banyak user yang mulai memikirkan cara dalam penghematan energy pada suatu teknologi yang semakin lama semakin lebih canggih, Green Computing merupakan salah satu metode yang diciptakan untuk membantu para user  dalam penghematan energi dan biaya pada zaman modern saat ini, karena dengan melakukan penghematan biaya maka dapat membantu dunia yang kita tempati saat ini menjadi lebih effisien, salah satu nya untuk menghadapi Global Warming.
            Green Computing adalah suatu metode dimana para user menggunakan suatu perangkat komputerisasi dengan memanfaatkan sumber daya energi sebaik mungkin sehingga menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan. Biasanya Green Computing diterapkan pada lingkungan kerja yang lebih banyak menggunakan energi dalam pengoperasian peralatan elektronik seperti komputer dan peralatan elektronik lain nya.





1.2 Ruang Lingkup
            Ruang Lingkup yang akan dibahas pada Paper ini yaitu terdiri dari :
1.                  Sejarah Green Computing
2.                  Statistik Sampah Elektronik
3.                  Contoh Perusahaan yang menggunakan Green Computing
4.                  Menjelaskan cara dan bagaimana mengajak Client dalam menerapkan Green Computing

1.3 Tujuan dan Manfaat
    1.3.1 Tujuan
            1. Memperkenalkan metode Green Computing
            2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Green Computing
            3. Memberikan informasi data perhitungan mengenai sampah elektronik     
        4. Memberikan contoh mengenai perusahaan yang menggunakan Green Computing

1.3.2 Manfaat
            1. mengajak masyarakat untuk lebih berhemat dalam penggunaan energy
            2. membantu masyarakat untuk lebih efisien

1.4 Metodologi Penelitian
            Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan paper ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, dengan melakukan pencarian pada situs-situs pengetahuan pada mesin pencarian (browser)

1.5 Sistematika Penulisan
            BAB 1 : Pendahuluan
            Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat pda paper, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan mengenai  Green Computing.

                BAB 2 : LANDASAN TEORI
            Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori umum mengenai Green Computing berdasarkan pengertian para ahli yang membahas teori  Green Computing, dimana teori tersebut dapat membantu untuk memberikan penjelasan yang bermanfaat
               
                BAB 3 : Pembahasan Green Computing
            Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah Green Computing, statistik sampah elektronik (e-waste), tentang Penghematan Energi yang dilakukan perusahaan, Bagaimana perusahaan tersebut mengajarkan kliennya untuk ikut serta berhemat energy
            Bab 4 : KESIMPULAN
            Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dari penjelasan berdsarkan penjelasan yang telah dicantumkan



















BAB 2
Landasan Teori
Pengertian Green Computing

Green Computing atau Green IT  telah dipelajari sejak dulu dan beberapa ahli telah mengemukakan beberapa teori mengenai Green Computing, beberapa teori Green Computing tersebut adalah:
·            Young Yi “Cara untuk menggunakan komputer lebih berkelanjutan”
·            Wachara Chantatub “Teknologi informasi adalah ramah lingkungan dan hemat energy”
·             San Murugesan “Belajar dan praktek merancang, membuat, menggunakan, dan membuang komputer, server, dan terkait subsistem – seperti monitor, printer, penyimpanan perangkat, dan jaringan dan komunikasi sistem – efisien dan efektif dengan minimal atau tidak berdampak terhadap lingkungan”
·             Jordi Torres “Mengurangi penambahan jumlah dari data/ kerja yang tidak berguna”

            Berdasarkan beberapa teori dari parah ahli yang disebutkan diatas, Green Computing yaitu penciptaan teknologi yang ramah lingkungan yang hemat energi serta pemanfaatan teknologi secara efisien.

PendekatanGreen Computing
Efisiensi Algoritma.
Efisiensi algoritma adalah bagaimana menggunakan suatu sumber daya yang efisien dalam menjalankan sebuah perintah atau algoritma.  Green Computing menekankan efisiensi algoritma untuk pembuatan program, agar sumber daya yang dipergunakan menjadi lebih kecil dan berujung pada penghematan sumber daya. terdapat 2 pendekatan mengenai efisiensi algoritma, yaitu:
·         Kecepatan dalam menjalankan suatu perintah atau algoritma dengan benar. Hal ini dipengaruhi oleh : Banyaknya langkah pemrograman, Besar dan jenis input data, Jenis operasi, Komputer dan kompilator yang ada
·         berapa besarnya memori yang digunakan untuk menjalankan algoritma tersebut. Banyaknya langkah yang digunakan dan jenis variabel data yang dipakai dalam suatu algoritma akan sangat mempengaruhi penggunaan memori. Dalam hal ini, diharapkan dapat memperkirakan seberapa banyak kebutuhan memori yang diperlukan selama proses berlangsung hingga proses selesai dikerjakan. Dengan demikian, dapat disiapkan storage yang memadai agar proses suatu algoritma berjalan tanpa ada hambatan atau kekurangan memori.
Cara untuk mencegah penggunaan algoritma yang tidak baik adalah sebagai berikut:
·         menyesuaikan bahasa pemrograman, tipe, dan alat tempat program berada dengan kebutuhan yang ada
·         Mengurangi langkah langkah dan operator yang tidak perlu dalam pembuatan program
·         Menggunakan Teknik Umum untuk meningkatkan efisiensi pengerjaan algoritma, seperti menggunakan Indexed array atau binary search
·         Penggunaan Dependency Tree dan Spreadsheet
·         Menggunakan cara yang lebih baik dalam mencari  String. Misalnya dengan menggunakan Declarative Notation
·         Menggunakan Hot Spot Analyzer untuk mengetahui tempat tempat dengan performance yang kurang baik (memakan waktu lama untuk dikerjakan) dengan tujuan memperbaiki titik-titik lemah tersebut
·         Melakukan Benchmarking untuk membandingkan performa program dengan program yang terdahulu atau program yang lebih baik
·         Menggunakan Compiled language  daripada Interpreted Languange
·         Melakukan Optimasi pada Compiler atau menggunakan Just In Time Compiler
Virtualisasi
merupakan penggabungan beberapa (dua atau lebih) physical system kedalam sebuah physical system yang lebih besar dan lebih cepat. Setiap image system berisikan sistem operasi dan aplikasi pendukungnya, dan setiap image memiliki sistem operasi yang sama atau sistem operasi yang berbeda.
Mesin virtual sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dalam dunia komputer. Virtual machine biasanya dihunakan untuk pembagian hardware yang sama yang diakses banyak program atau untuk memungkinkan perangkat lunak agar lebih portabel di antara berbagai jenis sistem operasi.
Terminal Server
Terminal Server merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan beberapa komputer untuk mengakses server secara langsung, dimana semua proses terjadi di dalam server sedangkan computer yang terkoneksi bisa menikmati operating system, storage, bahkan device yang ada pada server tersebut. Jika konsep ini digabungkan dengan menggunakan thin client (yang memiliki penggunaan energy 8 kali lebih kecil), maka efisiensi energyakan dapat ditingkatkan
Power Management
Untuk menurunkan pemakaian energy pada computer, terdapat fasilitas Power Management yang memungkinkan operating system untuk mengkases aspek aspek yang berhubungan dengan powersaving dari hardware yang ada di computer tersebut. Hal ini memungkinkan system untuk mematikan komponen secara otomatis, seperti monitor dan hard drive setelah waktu tertentu. Contoh yang paling bisa kita lihat adalah hibernate, dimana sebagian besar komponen (Processor dan RAM) dimatikan.  Komponen yang dapat ditekan penggunaan energinya adalah:
·         Power Supply. Power Supply biasanya mempunyai nilai efisiensi antara 70-75%. Untuk menghemat energy, Energy Star (standard efisiensi) menstandardkan Power Supply agar mempunyai efisiensi minimal 80%
·         Storage. Solid State Drive mempunyai tingkat konsumsi yang rendah ketimbang hard disk. Mengurangi konsumsi listrik untuk storage yang besar sembari tetap membuat penyimpanan nya bersifat online adalah sasaran dari penelitian para ahli saat ini
·         Video Card. Video Card dengan kemampuan yang tinggi adalah komponen yang paling banyak memakai energy listrik pada sebuah computer. Untuk itu, gunakanlah VGA on board dan VGA yang mempunyai standar GPU untuk performance per watt
·         Display (monitor). Untuk monitor, pakailah monitor LCD yang memiliki penggunaan listrik lebih rendah daripada monitor CRT , atau sekalian memakai monitor LED
·         Operating System. Operating System dapat memberikan akses kepada power management. Microsoft (contohnya), memberikan akses power management kepada user. Bahkan dalam Windows Vista, power management dapat diatur secara sentral oleh system administrator
Produk dan Material
Dengan meningkatnya kesadaran akanGreen Computing, sebuah standar diperlukan untuk memandu perusahaan-perusahaan hingga perorangan dalam memilih perangkat komputer. Untuk itu, dibentuklah EPEAT (Electronic Product Environmental Assessment Tool) untuk membandingkan produk-produk digital berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan. Selain itu, EPEAT juga menjadi panduan yang jelas dan konsisten bagi produsen digital.
Standar ini membagi produk menjadi tiga kategori, bronze untuk produk yang mencapai semua standar utama, silver untuk produk yang mencapai semua standar utama dan 50% standar pilihan, serta gold untuk produk yang mencapai semua standar utama dan 75% standar pilihan. Standar yang diatur adalah:
·         Standar Materi. Sebuah produk digital harus meminimalisir penggunaan materi yang dapat merusak lingkungan. Materi ini termasuk cadmium, merkuri, timah, hexavalent chromium, dan materi penghambat api yang mengandung bromin. Baterai harus bebas dari timah, cadmium, dan merkuri. Produk juga tidak diperbolehkan mengandung polyvinyl chloride (PVC) kecuali kabel-kabel dan sambungan-sambungan dengan berat kurang dari 25 gram.
·         Standar Daur Ulang.  Sebuah produk minimal harus dapat didaur ulang sebesar 65%. Produsen harus memberikan petunjuk bagi pengguna tentang materi-materi yang membutuhkan penanganan daur ulang khusus. Materi plastik pada produk digital harus dapat didaur ulang sebanyak 5 – 25% kecuali panel sirkuit dan kemasan produk, materi plastik ini juga harus ditandai dengan identifikasi standar ISO. Materi logam harus dapat dipisahkan dengan mudah dari materi plastik. Produk tidak boleh mengandung pelapis atau cat yang tidak dapat didaur atau dipakai ulang.
·         Standar Usia. Produk harus memiliki setidaknya tiga tahun garansi atau layanan servis. Semua komputer pribadi dan laptop harus dapat di upgrade dengan produk-produk yang mudah dicari masyarakat, seperti memory drive, chip, dancard harus dapat diganti atau diperluas. Hal ini juga berarti produk komputer pribadi dan laptop harus memiliki desain yang memungkinkan upgrade komponen-komponen utama. Sparepart harus tersedia selama lima tahun dari masa pembelian dan pembeli harus diberi tahu bagaimana caranya mendapatkan sparepart tersebut.
·         Konservasi Energi. Produk yang sesuai harus memenuhi standar terbaru U.S ENERGY STAR. Produk ini juga harus dapat dipasangkan setidaknya satu jenis aksesoris penghemat energi
·         Pernyataan Publik. Produsen harus mendemonstrasikan pada publik bahwa produknya ramah lingkungan sesuai dengan standar ISO 14001, dan akan lebih baik lagi bila perusahaannya juga dapat memenuhi dan mendemonstrasikan salah satu dari kriteria ISO 14001, European EMAS atau U.S. EPA Performance Track. Produsen juga diharuskan untuk membuat laporan yang memenuhi tiga standar U.S EPA Performance Track atau Global Reporting Initiative (GRI) Sustainability Reporting Guidelines (2002)
·         Kemasan. Material yang digunakan untuk kemasan harus ditulis. Kemasan tidak boleh mengandung logam berat, kecuali untuk keperluan mendaur ulang isi. Materi yang dapat didaur ulang harus dicantumkan pada kemasan, berikut pula persentasinya jika ada. Materi yang tidak dapat didaur ulang, harus dapat dipisahkan dengan mudah dari kemasan. Dianjurkan setidaknya 90% dari kemasan harus dapat didaur ulang atau dijadikan pupuk. Kemasan sebaiknya mengikuti anjuran dari U.S. EPA Comprehensive Procurement. Selain itu juga dianjurkan agar perusahaan menyediakan jasa gratis yang menerima kemasan untuk didaur ulang atau ditukar dengan suatu produk hasil daur ulang.

Kelebihan dan Kelemahan Green Computing:
• Kelebihan:
a)      Penggunaan energiberkurang dariteknikkomputasi hijauditerjemahkan ke dalamemisi karbondioksida yang lebih rendah, yang berasal daripenguranganbahan bakarfosil yang digunakandalam pembangkit listrikdan transportasi.
b)      Konservasi sumber dayaberarti lebih sedikitenergi yang dibutuhkanuntuk memproduksi, menggunakan, dan membuangproduk.
c)      Menghemat energidan sumber dayamenghemat uang.
d)     Komputasi hijaubahkan termasukmengubahkebijakan pemerintahuntuk mendorongdaur ulang danmenurunkanpenggunaan energiolehindividu dan bisnis.
e)      Mengurangi resikoyang adadalamlaptopseperti kimiadiketahui menyebabkan kanker, kerusakan sarafdan reaksikekebalan tubuhpada manusia.

• Kelemahan:
a)      Komputasi hijau benar-benar bisa cukup mahal.
b)      Beberapa komputer yang hijau mungkin sangat kurang bertenaga.
c)      Perubahan teknologi yang cepat.

Elemen-elemen Green Computing:
1. Sustainability, yaitu daur ulang.
2. Ramah lingkungan
3. Penggunaan energy secara efisien
4. Penggunaan sumber daya secara efisien
5. Mengurangi pekerjaan yang tidak berguna

Green Computing di Data Center
Data center membutuhkan biaya yang besar. Biaya ini dibutuhkan untuk operasional dan maintenance. Permasalah utama adalah untuk: konsumsi listrik, pendingin, dan ruangan.Solusi:
1.      Teknologi server hemat energy
Yaitu pengaturan clock processor, jika task tidak banyak, maka clock processor dikurangi. Hal ini berguna untuk efisiensi kinerja processor.Teknologi ini ada pada Intel (speedstep),AMD(coolnow), Sun Microsystem (coolthread).Keuntungan dengan teknologi adalah: hemat energi, karena panas rendah. Dengan panas rendah, maka energi pendingin yang dibutuhkan juga rendah.
2.      Teknologi virtualization
Yaitu: dari satu mesin bisa ada tiga mesin, secara virtual.Keuntungannya adalah: hemat ruang, energi, kabel, dan optimalisasi mesin.
3.      Teknologi Blade Server
Yaitu teknologi server dengan bentuk fisik horisontal. Bentuk ini dirasa lebih hemat ruang, kabel, danenergi dibanding bila bentuk fisiknya vertikal.
4.      Data Center Power Efficiency Metrics
Merupakan hasil consorsium oleh The Green Grid. Dengan dua parameter: PUE (Power UsageEfficiency), DCE (Data Center Efficiency).Hasil pengukuran Lawrence Berkeley National Labs terhadap 22 data center, menunjukkan nilai PUE antara 1,3 hingga 3,0.
Green Computing di Workstation
Sebaran konsumsi PC paling besar di monitor.Workstation adalah penyedot energi terbesar di perkantoran.Solusi:
1. Teknologi power management, yang terdapat pada BIOS. Melalui ACPI(Advanced Configuration &Power Interface)akan memotong rata-rata 25% konsumsi energi.
2. Tim klien: hanya menggunakan 50% konsumsi energy
3. Ganti dengan laptop, karena konsumsi energi jauh lebih kecil
Green Computing di Lingkungan Kerja
Ada tiga jenis solusi:
1. Skype, solusi voip (dengan Asterisk)
2. Solusi IM (instant messaging)
3. Solusi unified communication (voip + IM)
Keuntungan:
1. Konvergensi data dan suara dalam 1 jaringan berbasis IP
2. Hemat biaya maintenance
3. Hemat biaya operational
4. Hemat biaya energy
5. Hemat space ruang kerja
6. Hemat biaya transportasi Peluang: teleworker, virtual office, teleconference
Green Computing dari diri sendiri
1. Tidak harus selalu membeli komputer baru, gunakan: komputer sewaan, bekas/refurbished, atau komputer lama yang masih dapat di-upgrade.
2. Selalu mencari solusi software terlebih dahulu.
3. Teliti dalam membeli perangkat, pastikan lulus uji hemat energi dan lingkungan.
4. Gunakan layar monitor sesuai dengan kebutuhan.
5. Gunakan monitor LCD daripada CRT, karena lebih hemat energi.
6. Hindari mencetak e-mail atau dokumen elektronik.
7. Gunakan e-mail untuk menggantikan fax dan sirkulasi dokumen.
8. Cetak dokumen yang tidak terlalu penting bolak-balik.
9. Gunakan kertas daur ulang untuk mencetak.
10. Perkecil ukuran font dan spasi.
11. Gunakan printer inkjet daripada laser jet.
12. Matikan komputer/alat-alat lain yang tidak bekerja pada malam hari maupun akhir minggu.
13. Gunakan remote admin ke server daripada menggunakan monitor.
14. Optimalisasi penggunaan komputer, minimalkan penggunaan komputer untuk hal-hal yang tidak penting.
Macam-macam fakta tentang green computing:
1. Menurut penelitian, jika sekitar 20 persen saja meeting-meeting di Uni Eropa diganti dengan videoconference, maka akan menghemat sekitar 22,3 juta ton CO2
2. apabila 100 juta pelanggan mendapatkan tagihan telepon mereka secara online, maka bias menghemat 109.100 ton CO2 dibanding mereka harus mengunjungi kantor-kantor pelayanan telepondan mendapatkan tagihan tersebut dalam bentuk kertas
3. ketika 193 juta pajak ditagihkan melalui online menggunakan website, akan menghemat 195.000 tonCO2
4. Ketika Satu Buah PC diproduksi, maka akan membutuhkan 1,7 juta bahan baku dan air
5. pada tahun 1997 umur rata-rata komputer bisa mencapai 6 tahun, namun pada tahun 2005 hanyamencapai 2 tahun
6. Kurang lebih rata-rata 30 persen energi listrik terbuang sia-sia ketika komputer yang tidak digunakandibiarkan tetap hidup
7. jika satu orang pegawai bekerja dirumah secara online ataupun offline dalam mengerjakan tugaskantornya menggunakan komputer, bisa menghemat CO2 dan membantu pemulihan udara dari polusi,dibanding ia memerlukan transportasi untuk mencapai kantornya
8. Setiap perorangan maupun lembaga perusahaan melakukan efisiensi dan melakukan greencomputing maka emisi CO2 dapat dikurangi
9. Apabila ada hardware maupun software komputer yang bisa mematikan secara otomatis perangkat-perangkat elektronik yang tidak digunakan, maka akan mengurangi emisi CO2
10. deforestasi dan emisi polusi akan berkurang ketika media cetak di konversi ke media digital
11. Teknologi EV-DO Rev B bisa menghemat hingga 70 persen energi listrik
12. Pada tahun 2004 kurang lebih 183 juta komputer diseluruh dunia terjual atau meningkat 11,6 persendari 2003
13. Pada tahun 2010, diperkirakan akan ada 716 juta komputer yang digunakan (178 juta di Cina dan 80 juta di India)
14. Laptop menggunakan sekitar lima kali lebih irit listrik di banding komputer desktop
15. 1,7 juta komputer di Inggris sering tidak dimatikan pada malam hari atau setiap akhir pekan, hal iniberdampak pada meningkatnya emisi CO2 hingga 700.000 ton




BAB 3
PEMBAHASAN GREEN COMPUTING

            Ide green computing sendiri mulai dirintis tahun 1990-an, yang dimana mulai terasa pemborosan energi yang ada. Kabar buruknya, banyak sumber energi yang kita pakai sekarang ini merupakan jenis yang tidak dapat diperbarui, seperti penggunaan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) yang jelas-jelas menggunakan bahan bakar fosil yang membutuhkan jutaan tahun untuk pembentukannya. Demikian juga PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Sejarah Green Computing
            Untuk mendukung green computing, dibentuklah sebuah badan di Amerika Serikat yang bernama US Environmental Protection Agency (US EPA) pada tahun 1992. Dan beberapa peralatan elektronik dan komputer yang telah berusaha mengefisiensikan penggunaan energi dilabeli dengan stiker “Energy Star”. Dan di stiker “Energy Star” pun ada tanda rating-nya, yang dimana penggunaan energi yang paling efisien akan diganjar dengan rating besar. Salah satu untuk menaikkan ratingEnergy Star” adalah dengan menambahkan fitur Sleep Mode, yang dimana bisa mematikan peralatan itu sendiri apabila tidak digunakan oleh pengguna dalam jangka waktu tertentu. Namun pada tahun 2007, direvisilah standar “Energy Star”, yang dimana perusahaan manufaktur peralatan elektronik dan komputer juga harus memperhatikan hal-hal berikut seperti pengurangan sampah elektronik atau e-waste, virtualisasi resource sejumlah server, pendataan biaya pemakaian energi, dll.
            Di sisi lain, gebrakan penting dalam sejarah green computing adalah pembentukan Kyoto Protocol pada tahun 1997, yang bertujuan menekan emisi karbon. Aturan ini membuat perusahaan manufaktur peralatan elektronik dan komputer menghitung pemakaian listrik selama pengoperasian pabriknya dan menentukan jumlah emisi karbon dioksida yang terbuang demi menindaklanjuti solusinya.
            Pengefisienan energi ternyata tak cukup untuk sebuah program green computing, maka dibentuklah kebijakan Restriction of Hazardous Substances (RoHS) oleh Uni Eropa pada Februari 2003. Kebijakan ini melarang penggunaan material yang berbahaya bagi lingkungan pada setiap peralatan elektronik dan komputer seperti timbal, cadmium, merkuri, dll. Tak puas sampai di situ, dibentuk juga program yang bernama Waste Electrical and Electronic Equipment Directive (WEEE) pada tahun 2005, yang bertujuan mengelola pengumpulan dan daur ulang sampah elektronik.
            Di Amerika Serikat sendiri ada juga standar lainnya selain "Energy Star", yaitu Electronic Products Environmental Assessment (EPEAT), yang dimana akan memberikan insentif pasar sebesar 60 miliar dolar Amerika untuk perusahaan yang bisa memproduksi peralatan yang tak hanya memininalkan penggunaan energi, tetapi juga memininalkan perawatan dan mempunyai masa pakai yang panjang.
Statistik sampah elektronik (e-waste)
            Demikian parahnya keadaan lingkungan saat ini, 80-85% peralatan elektronik dibuang sembarangan di Tempat Pembuangan Akhir yang sebenarnya dapat mencemarkan udara berupa racun. Di Amerika Serikat sendiri, e-waste mewakili 2% dari total pembuangan sampah, namun mewakili 70% dari sampah beracun. Jumlah timbal yang besar di peralatan elektronik menyebabkan kerusakan syaraf tubuh manusia, darah dan ginjal. Di seluruh dunia, ada sekitar 20-50 juta ton sampah elektronik dibuang setiap tahunnya. Di antara sampah elektronik yang dibuang, ponsel mengandung banyak logam berharga seperti emas dan perak. Sampai saat ini, baru 1/8 sampah elektronik yang dapat diperbarui. Dan masih banyak lagi.
Tentang Penghematan Energi yang dilakukan Google
            Google, salah satu perusahaan IT terbesar di dunia, telah menyadari bahwa biaya operasional perusahaannya dapat ditekan semaksimal mungkin dengan penerapan green computing, Segala aspek energi tak luput dari penghematan yang telah dilakukan Google. Berikut beberapa upaya penghematan kontinu yang telah dilakukan Google.
            Pertama, penggunaan energi di Data Center Google. Menurut Google, mereka mengklaim hanya menggunakan separuh dari energi yang digunakan di data center lain dengan kemampuan dan performa yang sama. Untuk mewujudkan hal ini, Google selalu mengawasi penggunaan energi oleh server secara realtime, mengatur sirkulasi udara, bahkan menghindari penggunaan AC.
            Kedua, sumber energi. Google diklaim telah memaksimalkan energi terbarukan seperti energi angin dan surya (matahari) untuk data center mereka dan juga kantor-kantornya.
            Ketiga, aktivitas yang hemat energi. Google mengklaim telah memboyong karyawannya di seluruh dunia untuk menerapkan energi terbarukan di kantor-kantor mereka di seluruh dunia dan melestarikan bersepeda untuk bekerja (bike to work).
            Keempat, desain bangunan di kantor-kantor Google di seluruh dunia. Tak hanya aktivitas yang hemat energi yang diembani karyawannya, tetapi juga struktur bangunannya yang harus nyaman sepanjang hari dan mempunyai pencahayaan yang cukup pada siang dan malam hari serta meminimalkan penggunaan lampu terutama di siang hari.
            Di samping upaya-upaya itu, Google juga berupaya meminimalkan pembelian baru peralatan yang digunakan untuk mendukung siklus hidup Google, dan bahkan semaksimal mungkin merekondisikan peralatan-peralatan yang rusak sehingga masih tetap digunakan dalam waktu yang lama. Atas usaha penghematan energi yang dilakukan Google, Google diganjar berbagai sertifikat-sertifikat yang berkaitan dengan lingkungan, seperti ISO 14001, OHSAS 18001 dan ISO 50001.
Bagaimana Google mengajarkan kliennya untuk ikut serta berhemat energi
            Google tak hanya mementingkan diri sendiri dalam berhemat energi, tetapi juga orang lain yang menggunakan produk Google, khususnya dalam hal cloud computing. Beberapa contoh tersebut adalah:
            Pertama, penerapan cloud storage. Google mengajak para stakeholders untuk ikut serta berhemat energi dengan menggunakan penyimpanan data melalui jaringan internet (cloud). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir risiko kehilangan data di media simpan pribadi masing-masing penggunanya. Dan Google sendiri pun menyimpan data secara redundan di beberapa data center untuk file pengguna yang sama. Hal ini bertujuan jika salah satu data center mengalami kerusakan / bencana, masih ada cadangannya di data center di tempat lain. Keuntungan lainnya yang bisa dirasakan pengguna adalah kemudahan untuk mengakses data di manapun dan kapanpun, jadi tidak ada lagi cerita ketinggalan media simpan.
            Kedua, penerapan cloud apps. Tahukah anda bahwa setiap komputer kira-kira membutuhkan 80 GB di hard disknya hanya untuk menampung aplikasi? Melalui Google Apps, pengguna tidak perlu dipusingkan dengan itu. Semua aplikasi yang dijalankan akan ditampilkan berbasis web. Dengan demikian, tidak ada lagi cerita kerusakan software di komputernya.
            Ketiga, Chromebook. Berbeda dengan laptop lainnya, laptop besutan Google ini tidak menggunakan hard disk yang berkapasitas besar, melainkan hanya menggunakan SSD berkapasitas 32-64 GB. Dan kapasitas seperti ini hanya muat untuk sistem operasi dan beberapa aplikasi pendukung cloud computing. Hal ini sengaja dilakukan oleh Google untuk memotivasi pengguna untuk menyimpan segalanya melalui jaringan internet (cloud).
            Dengan penerapan cloud computing, risiko kehilangan data dan keribetan instalasi aplikasi di komputer dapat diminimalisir. Upaya-upaya tersebut juga telah menunjukkan kepedulian bagi Google dan orang lain untuk berupaya menghemat energi.






BAB 4
KESIMPULAN
            Dari sekian banyak usaha-usaha penghematan yang dilakukan Google, tampaknya Google benar-benar serius dalam mendukung aktivitas green computing, sambil menghemat biaya operasionalnya.
            Pepatah berkata,
            "Sedikit-sedikit lama kelamaan akan menjadi bukit"
            Pepatah tersebut menunjukkan bahwa dampak besar dapat dimulai dari hal-hal kecil. Dan ini juga bisa diterapkan dalam upaya penghematan energi. Jadi, mulailah dari hal-hal kecil, seperti mematikan lampu di siang hari dan menggunakan lanpu hemat energi yang dampaknya pada penggunaan energi yang sedikit. Penghematan energi juga dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita di kemudian hari.

REFERENSI
http://www.brighthub.com/environment/green-computing/articles/71176.aspx
http://www.dosomething.org/actnow/tipsandtools/11-facts-about-e-waste
https://www.google.com/green/
http://www.scribd.com/doc/104932142/Artikel-Green-Computing


www.binus.ac.id