Senin, 19 Mei 2014

Editorial Management System

Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
EDITORIAL MANAGEMENT SYSTEM PADA SOFTWARE ATEX


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy5CWnjKDDxtYYXyC2jjKjYU1xv-toZqDi5hrIpyKfWvghoye-5nbfI7geKFJLI8wVavBY3Z3tb0CnngPVq9DaXD3sf_TJ8aZSzVPevYyXJuA0a1BaG3fLPs6IhamTMyPY9kjdFbQO1D57/s1600/392376_20121206044233.gif






Nama Kelompok :
Christian Tang (1501170822)
Rahman (1501167746)
Martin Sinaga (1501172191)
Hans Sihuandy (1501158464)
Susan Prasetio (1501143632)



Abstrak
Saat ini dengan kemajuan teknologi informasi menuntut segala informasi harus mengalir dengan begitu cepat. Setiap orang pada dewasa ini membutuhkan informasi yang terbaru setiap harinya.
Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di bidang media publikasi juga dituntut untuk bias menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat setiap harinya. Maka diciptakanlah teknologi yang disebut Editorial Management System (EMS) yang dapat membantu penerbit untuk mengawasi kelengkapan konten majalah dan koran secara real-time. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengembangan konten untuk tiap edisi yang akan dipublikasikan.
Ada banyak sekali software EMS yang tersedia di pasaran dan harganya juga sayangnya selangit, seperti Atex, Adobe InCopy, Adobe InDesign dan lain-lain.












BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Pada saat ini proses mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan perantara media yang menghasilkan informasi secara digital yang dimana membuat pengguna merasa lebih menarik dan lebih mudah daripada metode membaca. Namun pada saat ini juga tidak sedikit yang masih menjadikan membaca sebagai kebiasaan yang disenangi sehingga secara tidak disadari pengguna mendapatkan informasi dari membaca.
            Membaca pada saat ini dilakukan pada berbagai jenis aktivitas sehari-hari, namun membaca juga biasa diterapkan pada jenjang pendidikan yang dimana membaca merupakan sarana mendapatkan informasi berupa pengetahuan yang dibutuhkan, membaca yang dimaksud yaitu mengambil informasi dari media cetak , seperti buku, Koran, brosur, dsb.
            Namun tidak ada yang menyadari ternyata proses media cetak mencetak informasi yang dibaca oleh pembaca tersebut melalui proses yang sangat sulit. Oleh karena itu semakin berkembangnya teknologi informasi, maka perusahaan media cetak melakukan inovasi dengan menerapkan metode yang disebut sebagai editorial management system.
            Editorial Management System merupakan suatu metode yang diterapkan pada suatu system yang diharapkan mampu membantu pihak editor dalam melakukan penginputan dan pengawasan pada proses memasukan data yang akan dijadikan sebagai artikel pada suatu media cetak. Yang diharapkan informasi yang tercetak pada media cetak tersebut dapat terlihat menarik dan disenangi oleh pembaca.

1.2  Ruang Lingkup
       Pada pembuatan paper ini, ditentukan batasan-batasan yang akan dibahas , batasan-batasan tersebut terdiri dari :
1.      Menjelaskan sejarah dari Publikasi Koran
2.      Menjelaskan sistem Editorial Management System
3.      Menjelaskan dampak positif yang dihasilkan dari Editorial Management System
4.      Menjelaskan mengenai perusahaan yang menerapkan Editorial Management System

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan
1.      Membantu pihak pembaca agar lebih mudah dalam mendapatkan informasi pada saat membaca
2.      Memberikan daya imajinatif pada pihak pelajar karena struktur yang dihasilkan dari teks yang dibaca pada media cetak
3.      Memberikan pengertian mengenai dampak yang dihasilkan Editorial Management Plan pada perusahaan yang memiliki masalah khususnya pada bidang editorial
1.3.2        Manfaat
1.      Meningkatkan nilai positif bagi perusahaan
2.      Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Editorial Management System
3.      Meningkatkan inovasi bagi karyawan di perusahaan yang bergerak pada bidang media cetak

1.4  Metodologi Penulisan
      Pada penulisan paper ini, diterapkan suatu metodologi studi pustaka yang dimana mengambil informasi yang dibutuhkan menggunakan mesin pencari (browser) yang terkoneksi dengan media jaringan informasi (internet).



BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam menjamin pengisian kontan majalah yang sesuai dengan kaidah yang ada, diperlukan Editorial Management System yang memadai dan terstruktur. Sebelumnya, perlu diketahui apa itu Content Management karena Editorial Management System merupakan bagian dari Content Management itu sendiri.
Menurut Rouse (2011), Content Management adalah administtasi konten digital melalui siklus hidupnya, dari pembuatan sampai penyimpanan dan penghapusan permanen. Konten yang dilibarkan bias berupa gambar, video, audio, dan multimedia serta teks.
Pada software yang dibahas ini (Atex), akan dibahas bagaimana cara kerja software tersebut dalam mengelola pemublikasian media cetak.


BAB 3
PEMBAHASAN
Sejarah Publikasi Media Cetak
Sebelum membahas EMS lebih lanjut, mari dipahami tentang sejarah penerbitan koran itu sendiri.
Pada awalnya, orang-orang menyebarkan berita dari mulut ke mulut. Mereka biasanya memberitakan tentang berita suka cita, duka cita, pernikahan dan perceraian.
Pada awal era tulis-menulis, penyebaran berita semakin bisa diandalkan. Salah satu berita pertama yang ditulis diterbitkan pada tahun 59 SM oleh Forum Roma. Biasanya berita yang ditulis berjenis kejadian politik, persidangan, skandal dan aktivitas militer.
Di negara China, memulai produksi lembaran-lembaran berita yang disebut Tipao pada era dinasti Han (tahun 202 SM – 221 M) dan memulai pencetakan massal pada era dinasti T’ang (tahun 618 – 906).
Pada tahun 1450-an, ilmuwan Eropa bernama Johann Gutenberg menemukan sistem percetakan dengan metode penekanan huruf. Dan kertas yang dicetak tersebut salah satunya dipakai oleh Christopher Columbus yang dikenal sebagai penjelajah dunia.
Pada abad ke-16 sampai ke-17, telah tercetak ribuan buku berita dan pamflet pendek yang mendeskripsikan beberapa berita. Salah satunya adalah laporan berita gempa bumi di Guatemala dan dicetak di Meksiko pada tahun 1541.
Namun media-media tersebut belum bisa dikualifikasikan sebagai koran sampai pada abad ke-19 China memperkenalkan koran modern untuk konsumen. Walaupun demikian, cikal bakal koran modern sebenarnya telah hadir sejak abad ke-17 yang sampai sekarang beberapa koran tersebut masih dipajang di berbagai museum di Eropa.
Pada awal abad ke-17, sudah mulai banyak perusahaan media cetak memproduksi koran namun masih terbit mingguan. Kebanyakan mereka ada di negara-negara Eropa seperti Prancis, Inggris, Jerman, dan lain-lain.
Dengan kemajuan informasi, pada akhirnya ada koran yang berani meningkatkan frekuensi terbitnya, seperti sebuah koran di Jerman yang diterbitkan oleh Lucas Schulte sejak tahun 1625 terbit dua kali seminggu. Setelah itu, makin meningkat lagi frekuensinya menjadi setiap hari dengan ditandai dengan munculnya koran Einkommende Zeitung pada tahun 1650.
Penyebaran koran pada akhirnya juga sampai ke benua Amerika dengan ditandai oleh hadirnya koran Foreign dan Domestick pada tahun 1690. Kemudian dilanjutkan oleh koran-koran lainnya seperti Boston Gazette pada tahun 1719, New York Gazette pada tahun 1725, dan lain-lain.
Tak hanya masalah penyebaran koran, berbagai standar hukum juga diperkenalkan untuk mendukung perkembangan koran. Beberapa di antaranya adalah The Licensing Act pada tahun 1695, The Stamp Act pada tahun 1765, The Townshend Acts pada tahun 1767, dan lain-lain.
Setelah semakin luas penyebaran koran dan standar hukumnya, maka makin banyak persaingannya terutama dari media elektronik. Dan demi memenuhi tuntutan zaman yang telah berbasi steknologi informasi ini, perusahaan media cetak juga memberlakukan sistem manajemen editorial (EMS) guna meningkatkan ketepatan waktu publikasi korannya.


Sistem Editorial Management System
Lebih dari apapun dalam sejarah perindustrian, sebuah surat kabar bottom-line dan kemampuannya untuk bersaing dipengaruhi oleh kemampuan sistem manajemen konten.
Dengan Tera koran GN4 Sistem Editorial Content Management Miles 33, kini dalam generasi keempat, bisnis media cetak memiliki alat untuk bersaing di lingkungan penerbitan multi-channel.
Sebuah sistem manajemen konten editorial diukur dengan dukungannya terhadap format media yang beragam dan spektrum yang luas dari saluran penerbitan, dukungan untuk secara geografis tenaga kerja dan biaya total kepemilikan. Dengan GN4, Cloud computing berbasis SaaS menjadi bagian standar dari metrik CMS.
Dibangun pada Content Management Services Architecture (CMSA), Tera GN4 dirancang untuk mengantisipasi dunia publikasi media cetak yang semakin hari semakin menggila. Tera GN4 dibangun dari komponen yang bersifat integral, bukan terintegrasi, yang di mana bersama-sama dengan konten tunggal untuk produksi dan pengarsipan. Konten konsumsi, lengkap dengan data dan validasi metadata, transformasi dan normalisasi, merupakan bagian dari arsitektur yang tidak terpisahkan.
Struktur Artikel pelanggan yang terkonfigurasi berarti konten pelanggan diatur untuk mendukung lingkungan penerbitan yang ada, seperti judul baru, website, zona, format konten dan teknologi presentasi. GN4 dapat dikonfigurasi ulang oleh pelanggan untuk memenuhi perubahan kebutuhan. Semua elemen cerita, tidak peduli apa media, dapat dikaitkan dan kemudian bekerja bersama-sama untuk menjaga integritas potongan. Namun, artikel-artikel yang telah dibuat dapat diedit pada waktu yang sama oleh beberapa individu.

Dampak Positif Yang Ada dengan Editorial Management System
Hadirnya teknologi CMS - Content Management System Editorial membuat banyak sekali keuntungan yang sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Manfaat
Sebelum EMS
Setelah EMS
Sentralisasi dan berbagi konten
Konten tersebar di seluruh organisasi, sehingga kontributor membuat konten yang sama atau duplikat dalam berbagai format.
Konten ini dikonsolidasikan ke dalam satu repositori kuat, memfasilitasi berbagi konten antara rekan kerja.
Konten Akurat
Banyak versi dokumentasi berada dalam file terpisah.Setiap file harus diperbarui secara individual melalui proses manual, yang menyebabkan kesalahan dan ketidakakuratan.
Karena setiap bagian dari konten hanya disimpan satu kali dalam CMS, dapat digunakan kembali sepanjang satu atau beberapa dokumen.  CMS melacak setiap contoh penggunaan kembali konten dan bendera semua contoh ketika perubahan dibuat untuk memastikan semua contoh yang tepat diperbarui dan konsisten.
Konten aman
Siapapun dapat mengakses konten dalam dokumen, berpose ancaman keamanan.
Hak pengguna ditugaskan, sehingga orang hanya berwenang dapat mengakses konten dengan ID yang unik.
Siklus editorial Shorter
Proses editorial dan review tidak efisien. Tanggung jawab dan tenggat waktu yang tidak didefinisikan dengan baik dan dipantau.
Pengguna disiagakan untuk tugas-tugas tertunda dan tanggal jatuh tempo. Selain itu, tugas-tugas editorial harian dapat otomatis untuk menghemat waktu.
Penciptaan cepat dari publikasi baru
Konten ditulis ulang untuk publikasi baru karena konten yang ditulis sebelumnya tidak dapat ditemukan.
Konten dapat dicari, diambil, dan digunakan kembali untuk membuat produk baru dalam hitungan menit.
Pengiriman tepat waktu publikasi
File terpisah ada untuk cetak, web, dan versi PDF konten, meningkatkan waktu yang diperlukan untuk memperbarui dan mempublikasikan konten.
Konten sumber tunggal diperbarui sekali dan repurposed untuk beberapa saluran media sesering harian atau mingguan.
Biaya penerjemahan yang lebih rendah
Dokumentasi yang diterbitkan dalam banyak bahasa membingungkan dan mahal untuk memperbarui dan menerjemahkan.
Sebuah CMS dengan dukungan Unicode penuh memungkinkan potongan kecil konten diperbarui untuk diterjemahkan bukan seluruh dokumen, menghemat ribuan dolar.

Teknologi EMS pada Atex Editorial Content Management System
The Atex Editorial Content Management System adalah sebuah platform yang komprehensif yang dirancang untuk membantu multi-channel newsroom dalam membuat, mengelola dan menyampaikan konten untuk setiap cetak atau saluran digital, tetap menjaga batas waktu yang ketat dan kualitas standar jurnalistik tertinggi. The Atex Editorial CMS digunakan oleh lebih dari 68.000 penulis, editor dan kontributor bekerja di beberapa yang paling menuntut, inovatif dan bergengsi perusahaan media di dunia.
Ada beberapa fitur unggulan pada Atex Editorial Management System, seperti Multi-channel Publishing, Archive and Asset Management dan Newsroom Content Management.


BAB 4
KESIMPULAN
Dengan zaman modern sekarang ini yang menuntut segalanya serba cepat, diharapkan dengan hadirnya EMS dapat menunjang para pelaku bisnis media untuk dapat menyampaikan berita dengan lebih cepat dengan dukungan terbit setiap hari seperti koran harian.
Setiap orang pastinya membutuhkan segalanya dengan cepat. Maka dengan hadirnya EMS dapat mendukung percepatan penyampaian informasi dan meminimalisir kesalahan konten.


REFERENSI
http://whatis.techtarget.com/definition/content-management-CM
https://www.nyu.edu/classes/stephens/Collier%27s%20page.htm
http://library.walisongo.ac.id
http://www.scribd.com
http://www.atex.com/products/editorial-cms


Senin, 12 Mei 2014

SCM

Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
ANALISIS DAN PERANCANGAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. CARREFOUR INDONESIA








Nama Kelompok :
Christian Tang (1501170822)
Rahman (1501167746)
Martin Sinaga (1501172191)
Hans Sihuandy (1501158464)
Susan Prasetio (1501143632)
Abstrak
            Saat ini banyak pihak pelanggan yang tidak puas pada saat belanja kebutuhan sehari-hari di minimarket maupun di supermarket tertentu. Hal ini mengakibatkan suatu tempat perbelanjaan sering mengalami kerugian dan kekurangan pelanggan akibat tidak dapat memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh customer. Oleh karena itu, semakin berkembang suatu proses bisnis saat ini. Ditemukan suatu metode yang dikenal sebagai Supply Chain Management. Metode tersebut diyakini dapat membantu pihak perusahaan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dapat mengendalikan jumlah persediaan barang kebutuhan sehari-hari agar tidak kekurangan dan mengurangi kerugian yang diakibatkan kekurangan customer yang melakukan transaksi.













BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
            Pada era modern saat ini, banyak ditemukan tempat pembelanjaan yang menyediakan berbagai keperluan sehari-hari. Saat ini, tempat perbelanjaan dapat dikategorikan dalam berbagai jenis berdasarkan besar usaha yang diterapkan oleh suatu instansi maupun suatu individu. Jumlah pembeli yang melakukan transaksi di suatu tempat pembelanjaan sangat beragam, hal ini dikarenakan jenis dan jumlah persediaan yang disediakan oleh suatu tempat perbelanjaan beragam.
          Semakin lengkap jumlah barang yang terdapat pada tempat perbelanjaan maka semakin banyak pembeli yang datang untuk membeli perlengkapan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu untuk mengendalikan jumlah barang yang tersedia pada suatu perusahaan dapat dikendalikan oleh suatu metode yang di harapkan dapat membantu suatu perusahaan untuk mengendalikan jumlah persediaan suau produk yang dijual pada perusahaan mereka.
            Metode tersebut dikenal dengan sebutan Supply Chain Management atau yang biasa disingkat sebagai SCM. Supply Chain Management merupakan suatu konsep yang digunakan suatu perusahaan untuk mengendalikan jumlah persediaan suatu produk dan waktu yang diperlukan dalam pengiriman dan penerimaan suatu produk.
            Metode ini diharapkan dapat mampu mengendalikan jumlah permintaan produk yang dibutuhkan oleh pembeli pada saat ini, hal ini dikarenakan pembeli yang semakin lama semakin kritis. Semakin baik pelayanan yang diberikan suatu perusahaan pada pembeli maka pembeli dapat menerima rasa puas dari pelayanan yang diberikan. Hal ini juga dapat membuat suatu perusahaan mengalami peningkatan dalam segi profit.








1.2  Ruang Lingkup
            Ruang lingkup yang akan dibahas pada paper ini yaitu :
1.      Menjelakan sejarah dari SCM
2.      Menjelaskan pihak-pihak yang melaksanakan SCM di suatu perusahaan
3.      Memberikan pemahaman mengenai keuntungan dari SCM
4.      Memberikan pemahaman mengenai kerugian dari SCM
5.      Memberikan contoh perusahaan yang menerapkan SCM

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan
1.      Memberikan pemahaman mengenai SCM pada pihak pelanggan dan perusahaan.
2.      Memberikan informasi mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dari SCM.
3.      Memberikan contoh perusahaan yang menerapkan SCM.
1.3.2        Manfaat
1.      Meningkatkan pelanggan dan pendapatan suatu perusahaan
2.      Menambah wawasan perusahaan-perusahaan yang belum menggunakan SCM
3.      Memberikan pelatihan kepada karyawan untuk mengoperasikan IT
1.4  Metodologi Penelitian
      Metodologi yang digunakan pada pembahasan paper ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, mencari informasi yang dibutuhkan pada layanan mesin pencari (browser).

1.5 Sistematika Penulisan
    BAB 1 : Pendahuluan
    Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat pada paper, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan mengenai PERANCANGAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT



    BAB 2 : LANDASAN TEORI
    Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori umum mengenai SCM. berdasarkan pengertian para ahli yang membahas teori SCM, dimana teori tersebut dapat membantu untuk memberikan penjelasan yang bermanfaat
  
    BAB 3 : Pembahasan SCM
    Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah SCM secara umum dan pada perusahaan, lembaga-lembaga yang berfokus pada SCM, tentang bagaimana penerapannya, Apa dampaknya menggunakan SCM

    Bab 4 : KESIMPULAN
    Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dari penjelasan berdsarkan penjelasan yang telah dicantumkan sebagaimana tentang keseluruhan inti dari SCM tersebut.







BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam menjamin rantai pasokan barang yang baik, diperlukan yang namanya Supply Chain Management (SCM) agar dapat berjalan dengan baik.
Menurut Harland (1996), SCM adalah manajemen alur barang-barang. SCM termasuk perpindahan dan penyimpanan bahan mentah, inventori work-in-process dan barang jadi dari tempat asal sampai tempat konsumsi. Jaringan yang terinterkoneksi dan ter-interlink, saluran dan titik bisnis dilibatkan dalam ketentuan produk dan layanan yang diperlukan oleh konsumen dalam rantai suplai.
Sedangkan menurut informasi dari website APICS (www.apics.org), SCM adalah perancangan, perencanaan, eksekusi, kontrol dan pengawasan aktivitas rantai suplai dengan tujuan membuat niali bersih, membangun infraskruktur yang kompetitif, memajukan logistik dunia, menyamakan suplai dengan permintaan dan mengukur kemampuan secara global.
Pada perusahaan yang sedang kita fokuskan ini (Carrefour), dibuatlah analisis bagaimana mereka bisa mengelola suplai barang dengan baik.


BAB 3
PEMBAHASAN
Sejarah SCM
Awal mula SCM dimulai pada tahun 1898, dimulai dengan munculnya istilah Logistik. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan Supply Chain di Universitas Sycrause pada tahun 1919. Pada tahun 1927, perusahaan otomotif Ford memulai produksi massal mobil mereka dengan menuntut jaminan pasokan bahan baku yang tepat pada waktunya agar produksi dapat berjalan dengan cepat. Setelah itu, Wroe Alderson mempublikasikan paper untuk menjelaskan konsep “Postponement” yang masih dalam lingkup SCM pada tahun 1950.
Dua tahun kemudian, ditemukanlah sistem identifikasi barang yang disebut “Barcode” oleh Norman Woodland and Bernard Silver. Tahun 1957, American Production and Inventory Control Society (APICS) mengembangkan yang di mana disebut body of knowledge in operations management. Dilanjutkan pada tahun 1961 dengan pengembangan “Bill of Material” oleh Gene Thomas. William Zikmund dan William merumuskan bentuk awal dari “Reverse Logistics”. Pada akhirnya, tahun 1982 mulai diperkenalkan istilah “Supply Chain Management” oleh Keith Oliver.
Setelah itu, pengembangan bentuk SCM makin pesat seperti analisis supply chain pertama pada tahun 1985, lean manufacturing pada tahun 1988, Total Cost of Ownership (TCO) pada tahun 1995, Supply Chain Council pada tahun 1996, Supply Chain Financing pada tahun 2000, Green Supply Chain pada tahun 2001, dan seterusnya.
Cara Penerapan SCM pada perusahaan
Ada beberapa cara penerapan SCM pada perusahaan. Misalnya untuk perusahaan hypermarket seperti Carrefour, mereka biasanya memprediksi terlebih dahulu seberapa sering barang yang ada dibeli oleh konsumen. Apabila terjadi penipisan barang, Carrefour cukup melapor pada penyuplai barang untuk segera dikirimkan barang baru. Yang penting bagi Carrefour, jangan sampai ada barang yang terlihat habis oleh konsumen yang mengakibatkan konsumen mengurungkan niat untuk membeli barang yang bersangkutan. Carrefour telah memilih secara ketat perusahaan-perusahaan pemasok barang berdasarkan tingkat kedisiplinannya.
Dalam kasus lainnya, seperti perusahaan pembuat pesawat terbang Boeing, mereka menerapkan metode SCM pada pengadaan komponen pesawatnya. Berdasarkan penelusuran oleh penulis, mereka menyuplai barang baru ke sebuah gudang dengan banyak sekali laci-laci penyimpanan yang telah diberi nama. Sehingga jika buruh mau meminta komponen, cukup menanyakan saja oleh penjaganya. Kemudian dengan bantuan komputer, akan dicarikan lokasi barang yang diminta. Setelah ditemukan, barang yang diminta harus di-scan barcodenya untuk mencatat pengurangan sisa barang di gudang.
Pihak-pihak yang menggunakan SCM
Ada banyak sekali perusahaan yang telah menerapkan SCM, terutama perusahaan-perusahaan manufaktur dan pemasaran seperti Boeing, Carrefour, BMW, Toyota, dan lain-lain.
Keuntungan pemanfaatan SCM
Menurut Stacey Roberts dari Demand Media, seperti yang dikutip chron.com, ada banyak sekali keuntungan dari pemanfaatan SCM khususnya bagi perusahaan besar, seperti berkurangnya biaya operasional, meningkatnya efisiensi penggunaan sumber daya, meningkatnya output, dan meningkatnya profit keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
Kerugian pemanfaatan SCM
Menurut sumber dari eHow.com, kekurangan dari SCM di antaranya seperti investasinya yang sangat besar terutama di awal penerapan SCM bagi perusahaan, kepercayaan kepada perusahaan lain yang harus lebih besar, ketidakseimbangan kemampuan antar perusahaan, dan rintangan-rintangan strategi distribusi.



SCM pada Carrefour
Carrefour adalah perusahaan yang bergerak di bidang supermarket. Carrefour didirikan di Prancis pada tahun 1957 dan masuk ke Indonesia pada tahun 1996 oleh sebuah perusahaan pendukung dari Para Group (sekarang CT Corp). Carrefour dari tahun ke tahun semakin melebarkan sayapnya tak hanya dalam satu negara tetapi juga ke negara lainnya. Carrefour saat ini mempunyai ribuan outlet dari  beberapa negara.
Saat ini, PT Carrefour Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT Trans Retail (yang juga masih satu perusahaan induk CT Corp). Dengan di bawah naungan CT Corp, Carrefour berusaha untuk bisa membuat masyarakat Indonesia menerima kehadirannya dengan menyesuaikan konsep pemasarannya dengan yang ada di Indonesia.
Dari tahun ke tahun, pengunjungnya semakin banyak seiring dengan banyaknya outlet yang ada. Pada tahun 2010, tercatat 72 juta pengunjung. Meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 62 juta. Dukungannya terhadap UKM yang ada di Indonesia membuat Carrefour dapat meningkatkan profitnya di Indonesia dari tahun ke tahun.



BAB 4
KESIMPULAN
Dari kasus yang diatas  dapat disimpulkan bahwa Carrefour telah menerapkan SCM dengan strategi-starateginya, perusahaan ini dapat meningkatkan profit dan meningkatkan pengunjung dari tahun-tahun sebelumnya. Tentunya Carrefour ini diharapkan dapat berkembang dan berinovasi terus menerus dengan kualitas dan mutu yang lebih baik lagi. 

DAFTAR PUSTAKA

Harland, C.M. (1996) Supply Chain Management, Purchasing and Supply Management, Logistics, Vertical Integration, Materials Management and Supply Chain Dynamics. In: Slack, N (ed.) Blackwell Encyclopedic Dictionary of Operations Management. UK: Blackwell.




REFERENSI
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1762707/Carrefour-SA
http://www.anneahira.com/carrefour-indonesia.htm
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/ritel/12/11/20/mdsoep-trans-retail-kuasai-100-persen-saham-carrefour-indonesia
http://www.manufacturing.net/articles/2012/05/history-of-logistics-and-supply-chain-management
http://smallbusiness.chron.com/advantages-supply-chain-management-small-companies-20595.html
http://www.ehow.com/info_8600015_disadvantages-scm.html


www.binus.ac.id