Tugas Paper Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Disaster Management Pada Perusahaan Telkomsel
Nama Kelompok
Christian Tang (1501170822)
Rahman (1501167746)
Martin Sinaga (1501172191)
Hans Sihuandy (1501158464)
Susan Prasetio (1501143632)
Abstrak
Pada zaman modern saat ini, seluruh warga dunia tidak akan
luput dari bencana, baik bencana alam maupun bencana yang merupakan akibat dari
perilaku diri kita sendiri. Bencana sendiri akan terus menghantui kita semua
seumur hidup, namun kita sebagai manusia hanya bisa menyiasati bencana tersebut
agar tidak menimbulkan kerusakan yang parah. Di sinilah dimana Pengelolaan
Bencana (Disaster Management) berperan sangat penting. Mengambil dari kalimat
pepatah, "Sedia payung sebelum hujan", kita harus mempersiapkan
segalanya sebelum bencana terjadi, misalnya menyelamatkan semua peralatan rumah
tangga sebelum banjir terjadi.
Paper ini berfokus pada definisi bencana, pengelolaan
bencana, serta contoh perusahaan yang berpengalaman dalam mengelola
bencana.
Kata Kunci : Disaster, Disaster Management, Management
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Semua orang hidup tidak akan lepas dari berbagai masalah,
salah satunya adalah bencana (disaster). Bencana
adalah sesuatu yang bersifat merusak dan merugikan. Banyak sekali kerugian
yang ditimbulkan oleh bencana, seperti hilangnya tempat tinggal, mata
pencaharian, pelayanan publik, perekonomian, bahkan nyawa. Dalan nilai mata
uang, biasanya bencana dapat mengakibatkan kerugian mulai ratusan juga hingga
miliaran rupiah.
Bencana sendiri tidak bisa dikendalikan, namun kita bisa
meminimalisir dampaknya. Ada banyak langkah preventif untuk menghadapi bencana
sebelum bencana tersebut dapat mengalami kerugian yang lebih besar. Tata kota
yang minimalis dan rapi juga turut membantu meminimalisir dampak bencana.
Selain tata kota, pencegahan aktif terhadap bencana juga akan sangat membantu,
seperti bangunan tahan gempa dan dataran bangunan yang tinggi.
Untuk kali ini, kami akan membahas bagaimana pengelolaan
bencana (disaster management) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
bernafaskan teknologi informasi (Information Technology/IT). Namun pengelolaan
bencana yang biasa dilakukan oleh perusahaan IT adalah bagaimana cara mengembalikan
kondisi layanan seperti sedia kala begitu bencana terjadi di satu lokasi, dan
bagaimana menjaga data kepunyaan stakeholders di tengah bencana agar tetap bisa
diakses di manapun dan kapanpun.
Sebelum dibahas lebih lanjut. Mari kita telaah apa arti dari
bencana dan pengelolaan bencana.
Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Masih dalam undang-undang yang sama, pengelolaan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
Ada banyak sekali tujuan dari Disaster Management di
antaranya adalah:
o Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana
o Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang telah ada
o Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh
o Menghargai budaya lokal
o Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
o Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan
kedermawanan
o Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat ,
berbangsa dan bernegara
Disaster Management sendiri juga dibagi menjadi beberapa
model, yaitu:
* Disaster management continuum model
Model tradisional, manajemen bencana terjadi secara
bertahap. Fokusnya lebih pada kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan segera/cepat
* Pre-during-post disaster model
Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
bencana, selama bencana tejadi, dan setelah bencana. Sering digabung dengan
continuum model.
* Contract-expand model
Proses berkesinambungan, serangkaian kegiatan berjalan
berdampingan, bisa ditingkatkan lagi atau tergantung pada permintaan dan
kondisi.
* The crunch and release model
* Manajemen yang menekankan upaya mengurangi kerentanan
untuk mengatasi bencana
* Bencana hanya bersifat trigger, kerentanan dipandang
berasal dari proses sosio-ekonomi dan politik yang harus ditangani untuk
pengurangan resiko bencana
1.2 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang akan dibahas pada Paper ini yaitu terdiri
dari :
1. Sejarah Disaster Management
2. Sejarah Disaster Management pada peusahaan IT
3. Contoh Perusahaan yang menggunakan Disaster Management
4. Menjelaskan cara dan bagaimana proses Disaster Management
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Memperkenalkan metode Disaster Management
2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Disaster
Management
3. Memberikan contoh mengenai perusahaan yang menggunakan
Disaster
Management
4. Menjelaskan bagaimana perusahaan melakukan tindakan
Disaster Management
saat bencana
terjadi
1.3.2 Manfaat
1. menstabilkan pelayanan kepada masyarakat meskipun sedang
terjadi bencana
2. membantu masyarakat dalam menerima dan mengirim informasi
di tengah-tengah
bencana
1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan paper
ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, dengan melakukan pencarian pada
situs-situs pengetahuan pada mesin pencarian (browser)
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang,
ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat pda paper, metode penelitian yang
digunakan dan sistematika penulisan mengenai Disaster Management.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori umum mengenai
Disaster Management berdasarkan pengertian para ahli yang membahas teori Disaster Management, dimana teori tersebut
dapat membantu untuk memberikan penjelasan yang bermanfaat
BAB 3 : Pembahasan Disaster Management
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah Disaster
Management secara umum dan pada perusahaan IT, lembaga-lembaga yang berfokus
pada Disaster Management, tentang pengelolaan bencana yang dilakukan
perusahaan, Bagaimana perusahaan tersebut melakukan aksi pengelolaan bencana di
saat bencana terjadi
Bab 4 : KESIMPULAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang
diambil dari penjelasan berdsarkan penjelasan yang telah dicantumkan
BAB 2
Landasan Teori
Pengelolaan bencana telah dipikirkan sejak dulu dan sudah
banyak perusahaan yang telah menerapkan pengelolaan bencana demi menjaga
kelangsungan perusahaannya. Berikut teori-teori tentang pengelolaan bencana:
* Thomas Drabek “Bagaimana
mengkoordinasikan orang-orang dan peralatan yang diperlukan dalam menanggulangi
dampak bencana alam, bencana buatan, maupun aksi terorisme”
Berdasarkan beberapa teori dari para ahli yang disebutkan
diatas, Pengelolaan bencana (disaster management) adalah bagaimana kita semua
mempersiapkan orang-orang dan peralatan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
BAB 3
Pembahasan Disaster Management
Sebenarnya sudah sejak zaman purba orang-orang telah mencari
cara untuk tetap bertahan dari berbagai bencana, termasuk orang Jepang yang
mencari cara untuk terus bertahan di antara hantaman gempa dan tsunami yang
sejak lama menjadi langganan warga Jepang.
Sejarah Disaster Manegement
Ide untuk mengelola bencana telah dicanangkan sesaat setelah
gempa besar dan tsunami merusak banyak bangunan di San Francisco, Amerika
Serikat pad tahun 1906. Namun baru
pada tahun 1978, pemerintah Amerika
Serikat mendirikan badan baru yang bernama Federal Emergency Menegement Agency
(FEMA). Badan ini sebenarnya mengkoordinasikan badan lainnya, seperti National
Response Coordination Center (NRCC), National Disaster Medical System (NDMS),
Urban Search and Rescue (US&R), dan lain-lain sesuai keperluannya.
Selain bertugas mengkoordinir, FEMA juga menyelenggarakan
banyak pelatihan-pelatihan untuk warga AS sendiri, seperti cara berlindung dari
hantaman badai, bahkan pelatihan menjadi relawan bencana.
Disaster Management pada perusahaan berbasis IT
Untuk perusahaan yang berbasis IT, pengelolaan bencana mulai
dikembangkan pada pertengahan dan akhir 1970-an. Hingga pada akhirnya didirikan
perusahaan IT pertama yang menerapkan prinsip disaster management, Sungard
Availability Systems pada tahun 1978 di Philadelphia.
Beberapa tahun kemudian, banyak perusahaan IT lainnya juga
menerapkan disaster management, termasuk Telkomsel yang didirikan pada tahun
1995.
Disaster Management pada perusahaan Telkomsel
Telkomsel didirikan pada tahun 1995 sebagai wujud semangat inovasi untuk mengembangkan telekomunikasi Indonesia yang terdepan. Untuk mencapai visi tersebut, Telkomsel terus
memacu pertumbuhan jaringan telekomunikasi di seluruh penjuru Indonesia secara
pesat sekaligus memberdayakan masyarakat. Telkomsel menjadi pelopor untuk
berbagai teknologi telekomunikasi selular di Indonesia, termasuk yang pertama
meluncurkan layanan roaming internasional dan layanan 3G di Indonesia.
Telkomsel merupakan operator yang pertama kali melakukan ujicoba teknologi
jaringan pita lebar LTE. Di kawasan Asia, Telkomsel menjadi pelopor penggunaan
energi terbarukan untuk menara-menara Base Transceiver Station (BTS).
Keunggulan produk dan layanannya menjadikan Telkomsel sebagai pilihan utama
pelanggan di seluruh Indonesia.
Memasuki era ICT
(Information and Communication Technology), Telkomsel terus mengoptimalkan pengembangan layanan di Indonesia dengan
memanfaatkan potensi sinergi perusahaan induk yaitu PT Telkom (65%) dan SingTel
Mobile (35%). Telkomsel terus mengembangkan layanan telekomunikasi selular
untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya hidup selular, a truly
mobile lifestyle.
Telkomsel memiliki komitmen untuk menghadirkan layanan
mobile lifestyle unggulan sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
pelanggan. Telkomsel menghadirkan teknologi agar bangsa Indonesia dapat
menikmati kehidupan yang lebih baik di masa mendatang dengan tetap mendukung
pelestarian negeri.
Untuk itulah, Telkomsel secara aktif mendorong pemanfaatan
energi terbarukan sebagai sumber energi untuk menara BTS serta menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan bagi remaja dan masyarakat yang kurang mampu. Melalui
peningkatan kualitas masyarakat dan pelestarian lingkungan, Telkomsel
berpartisipasi aktif untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
Untuk sistem manajemen bencana, Telkomsel memilih untuk
menempatkan berbagai data centernya di beberapa daerah yang termasuk aman dari
gempa, seperti di Balikpapan dan Cikarang Bekasi. Dengan kerjasama oleh PT IBM
Indonesia, Telkomsel menerapkan metode mirroring data. Mirroring adalah proses
menggandakan data secara simultan ke berbagai server yang terhubung dengannya.
Dengan mirroring data, risiko kehilangan data
pelanggan akan bisa dikurangi karena beberapa data yang sama
tersedia di berbagai server di seluruh Indonesia.
Sebagai tindakan perventif yang aktif dalam menyajikan
layanannya, Telkomsel di semua BTS nya juga dilengkapi dengan suplai listrik
cadangan berupa UPS dan genset, berguna jika suatu saat suplai listrik dari PLN
tiba-tiba terputus. Hal ini dibuktikan dengan bencana banjir baru-baru ini.
Pada bencana banjir kali ini, PLN melakukan pemadaman listrik demi mencegah
terjadinya korsleting listrik akibat beberapa gardunya terendam air. Untuk
langkah preventifnya, Telkomsel segera mengaktifkan UPS dan genset untuk menjaga
layanannya tetap prima di tengah-tangah bencana, seperti yang terjadi di
Yogyakarta.
Semua ini dapat terealisasi dengan baik dengan adanya
bantuan dari salah satu divisi Telkomsel, yaitu TERRA (Telkomsel Emergency
Response Recovery Activity). Divisi ini turut aktif pada detik-detik bencana
terjadi.
BAB 4
Kesimpulan
Dari sekian banyak tindakan-tindakan preventif yang
dilakukan Telkomsel, tampaknya Telkomsel terus berkomitmen untuk menjadi
operator seluler nomor satu di Indonesia. Berbagai bencana menghadang,
Telkomsel tetap memberikan layanan yang prima untuk masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar